Jakarta-Targetjurnalis.id|
OPini Publik Dalam Menyelematkan Daerahnya Dari Para Politisi Busuk,janji Manis Omon-Omon|
Karya:NFM, IWO INDONESIA DPD Kota Bekasi
Berbagai macam janji manis partai politik (Parpol) Disaat Menjelang Pemilu Kepala Daerah diberikan agar menarik simpati masyarakat Untuk Selalu Mendukungnya sebagai pemilih. Dalam hal ini, masyarakat diminta agar cerdas dalam menyikapi tawaran dari partai politik yang mencari massa untuk kepentingan sendiri dan Kelompok nya.
Analisis yang bisa dikedepankan adalah tidak berperannya partai politik (Parpol) dalam menjalankan ideologi sehingga muncul politikus-politikus yang suka menebar janji janji Manis, Mereka ini tersebar dari partai nasionalis hingga agamais, di samping hilangnya ideologi partai politik dalam mengawasi peran kader berpolitik juga karena lemahnya kaderisasi yang terjadi pada partai politik.
Dengan demikian, dapat dikatakan adanya keterhubungan antara peran parpol terhadap perilaku para kader atau politikus. Kalau kemarin kita membicarakan penyakit yang sedang diidap para politikus sekarang melihat apakah ada obat yang diberikan para politikus ini di tengah citra busuk yang tersemat. Hanya berkekuatan moral, berkali-kali para calon pemimpin mendatangi masyarakat bahkan Kalangan Media Publikasi untuk memberikan janji-janji manis ingin mensejahterakan rakyat,dan Membuat Program Ini Itu, Namun saat terpilih semua janji itu melayang seakan tidak ada janji-janji sebelumnya yang telah mereka ucap. Pada saat ada calon pemimpin berkampanye meminta agar dipilih masyarakat mengangkat suara agar janji dipenuhi dahulu atau MOU Nyata sebelum pemilihan dilaksanakan untuk menghindari kejadian-kejadian sebelumnya yang melupakan akan janji ketika mereka sudah terpilih.
Kemudian, apabila pemimpin itu sudah berusaha menepati janjinya namun, tidak berhasil karena banyak faktor luar yang terjadi. Misalnya seorang calon pemimpin berjanji mengurangi angka kemiskinan dan ternyata saat berkuasa terjadi krisis ekonomi sehingga sulit mewujudkan janji tersebut. Hal ini seringkali terjadi,dan Masyarakat pun Berhak Menuntut janji itu secara Menyelenggarakan Aksi Untuk Menuntut Mundur Pejabat Politik Tersebut. seorang calon pemimpin memberi jani-janji semata-mata hanya untuk dipilih tujuannya meraih simpati agar orang memilihnya. Salah satunya iming-iming menyelesaikan masalah dalam perbaikan jalan dalam waktu yang cukup singkat namun hal tersebut tak kunjung selesai juga,Janji Progam Dana Hibah untuk RW Semua itu harus ada MOU Nyata biar masyarakat bisa tampil disaat Janji-janji manis itu Bohong.
Menghadapi janji politik seperti itu masyarakat semestinya sadar bahwa tidak seharusnya percaya akan janji-janji tersebut karena bisa saja hal tersebut hanya berkekuatan moral semata, tetapi Cacat di mata Hukum. Artinya kita hanya bisa menunggu bukti dari janji tanpa bisa menuntut kepengadilan atas hak yang telah mereka ucap sebagai janji. Dilain pihak, pemimpin yang memiliki hati nurani tentu berpikir seribu kali sebelum mengucap janji apakah mereka bisa menepati ketika mereka sudah duduk diatas. Mereka juga akan rugi karena kehilangan kepercayaan dari masyarakat, sekaligus dihantui perasaan gagal. Baik yang berjanji maupun menerima janji sebaiknya memahami kata Paulo Coelho dalam novel The Devil and Miss Prym: ”Pertama-tama kita tidak perlu percaya pada janji-janji Politik.
Dunia ini penuh dengan janji: janji Manis Politikus akan keselamatan abadi, kekayaan, juga cinta tak terbatas. Tidak sedikit orang-orang berpikir mereka bisa menjanjikan apa saja agar orang lain percaya begitu saja apapun yang menjamin masa depan mereka lebih baik. Begitupun dengan orang-orang yang memberi janji tapi tak dapat menepati hingga akhirnya merasa tak berdaya dan frustasi dan nasib yang sama juga menanti orang-orang yang percaya akan janji-janji seperti itu. Dengan adanya janji manis yang dilontarkan para calon bakal pemimpin kita sebagai pemilih jangan mau menjadi obyek yang diperdaya, tetapi sebagai pemilih yang cerdas kita harus bisa memastikan apa yang diucapkan peserta pemilu Kepala Daerah adalah suatu yang realistis.
(Red)